Carl Ray
June 08, 2018
0 Comments
Culture
Shock
Apa
sih culture shock itu? Yuk kita bahas. Culture Shock adalah perubahan
nilai budaya seiring dengan perkembangan jaman dan wawasan yang makin
berkembang ini biasanya terjadi pada orang-orang yang secara tiba-tiba
berpindah atau dipindahkan ke lingkungan yang baru. Sangat wajar, apabila seseorang
yang masuk dalam lingkungan budaya baru mengalami kesulitan dan tekanan mental.
Ada 5 tanda anda mengalami culture shock antara lain:
Ø Anda
terus-terusan berpikir negatif dan mulai membanding-bandingkan keadaan ditempat
baru dengan kampung halaman Anda, untuk Anda tempat baru Anda tidak lebih bagus
dari kampung halaman Anda, Anda mulai membentuk pencitraan buruk terhadap
budaya baru dan menghakimi banyak orang
Ø Anda
mulai frustasi, gampang marah dengan hal-hal kecil, Anda mulai frustasi karena
tidak bisa mengikuti pola hidup disana Anda menjadi malas bergaul dan memilih
diam saja karena merasa tidak PD
Ø Anda
mulai merasa sedih dan terasingkan walaupun saat itu Anda sedang berada di
tengah-tengah orang banyak.
Ø Anda
mulai kehilangan identitas dan ciri-ciri pribadimu
Ø Anda
mulai merasa kurang sehat, Anda jadi sering flu, pilek, demam, diare dan lain
sebagainya.
Dalam mengalami culture shock akan melewati 4 tahap
yaitu:
Ø Honeymoon
Phase
Suatu
tahapan di mana kamu akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi
yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya.
Ø The
Crisis Phase
perbedaan
di negara baru tidak pas baik itu makanannya, logat yang susah dimengerti,
kebiasaan jual beli dan merasa kesepian. Hal tersebut hanya membuat kamu merasa
terasing dari lingkungan. Namun kamu akan segera melaluinya jika mampu
menyesuaikan diri dengan baik.
Ø The
Adjustment Phase
Dalam
fase ini, kamu sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru.
Ø Bi-cultural
Phase
Kamu
merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi
bagus, karena kamu telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada
pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke
negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan
antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa
Indonesia.
Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi
cukture shock :
Ø Sebelum individu berangkat ke negara baru yang akan dimasukinya,
ada baiknya apabila ia sudah terlebih dahulu membaca tentang negara tersebut
dan budaya yang ada di negri tersebut. Hal ini akan membantu individu ini untuk
lebih familier dengan negara yang akan dimasukinya, dan lebih siap untuk
berhadapan dengan berbagai perbedaan yang akan dihadapinya
Ø Mengelola pengharapan (manage expectations). Harapan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi
bagaimana orang tersebut menginterpretasikan dan menilai suatu kejadian.
Menjaga agar harapan sedapat mungkin realistis dan sesuai dengan kenyataan
serta kemampuan diri akan menjaga agar stress selalu dalam kondisi
rendah. Berharap terlalu tinggi terhadap penduduk setempat untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan individu itu sendiri hanya akan membuat
individu tersebut merasa frustrasi
Ø Memiliki tujuan yang jelas akan kedatangan ke negri tersebut.
Dengan terus mengingat dan memegang teguh tujuan awal datang ke negara
tersebut, individu akan menjadi lebih siap untuk berjuang demi mencapai
tujuannya. Hal ini juga akan menolong individu untuk terus memiliki fokus untuk
melakukan hal terbaik dan terpenting selama di negri yang baru. Menjaga
prioritas akan menolongnya mengatasi culture shock
Ø Dalam penelitian Chapdelaine (2004) ditemukan bahwa tingginya kesempatan
untuk berinteraksi dengan penduduk asli berhubungan dengan rendahnya culture
shock. Interaksi akan lebih sulit untuk dilakukan apabila seseorang
tidak memahami bahasa pengantarnya dengan baik. Oleh karena itu, penguasaan
bahasa yang baik menjadi syarat penting untuk mengatasi culture shock. Jadi
disarankan bagi individu untuk menguasai bahasa pengantar di negara tersebut
untuk menghindarkan individu dari kondisi culture shock.
Ø Bersedia untuk belajar kultur yang baru. Individu perlu menyadari bahwa
kultur bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi sesuatu yang dipelajari
(Guanipa, 1998). Hal yang dibawa sejak lahir adalah kemampuan individu untuk
belajar kultur, apapun kultur itu. Oleh karena itu, kesediaan untuk belajar
kultur yang baru akan membantu untuk mengatasi kesalahpahaman dan menolong
teratasinya persoalan-persoalan sosial di tempat yang baru. Hal yang sama yang
perlu dipahami adalah bahwa nilai-nilai yang selama ini telah dipelajari dari
kulturnya yang lama bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak dan paling benar.
Nilai dan keyakinan itu menjadi benar bagi individu karena proses sosialisasi
yang dilakukan oleh orangtua individu padanya, melalui pemberian hadiah dan
hukuman sehingga individu meyakini kebenarnanya. Dengan demikian kesediaan
untuk membuka diri, belajar dan menghargai kultur yang baru akan membuka
jalan bagi individu untuk mengatasi culture shock yang
dialaminya.
Ø Mencoba menemukan kesamaan-kesamaan nilai-nilai antara kulturnya
dengan kultur yang baru. Dengan menemukan kesamaan-kesamaan ini, individu akan
menjadi lebih merasa dekat dengan negara baru yang didatanginya. Hal ini
menimbulkan perasaan memiliki dan familier, sehingga mengurangi perasaan
terasing yang dialami akibat culture
Ø Saat kemarahan dan frustasi-frustasi muncul terhadap kultur yang
baru dan kecenderungan mengkritik kultur yang baru sangat kuat muncul,
sebaiknya individu berhenti sejenak untuk berpikir dan menganalisa persoalan
dengan lebih objektif (Guanipa, 1998), tidak melakukan generalisasi. Sangat
penting juga menjaga pemikiran untuk tidak dengan gegabah melakukan stereotyping, bisa jadi kesalahan
yang dilakukan oleh orang-orang di tempat yang baru bukan masalah kultur,
tetapi memang masalah watak dari individu tersebut. Dengan kata lain, individu
harus menghindari mencampuradukkan masalah personal sebagai masalah kultur. Hal
ini berarti, orang dengan watak yang mengganggu tsb. bisa saja ditemukan di
kultur manapun, termasuk di kultur asalnya sendiri, sehingga tidak perlu
menyalahkan negara baru sebagai pihak yang bertanggungjawab atas
ketidaknyamanan yang dialaminya.
Ø Ketika berada di lingkungan yang baru, seseorang membutuhkan
orang-orang yang bersedia memberikan dukungan sosial. Dukungan sosial meliputi
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental (material),
maupun dukungan informasi. Individu harus berusaha agar di tempat yang baru
ini, ia memiliki orang-orang yang dapat memberikan dukungan-dukungan sosial
yang diperlukan. Dukungan ini bisa diperoleh melalui orang-orang yang berasal
dari satu negara (misalnya ada perkumpulan pelajar Indonesia di Amerika dll.),
atau bisa diperoleh dari orang-orang dari lembaga pelayanan (misalnya di gereja
biasanya ada divisi pelayanan mahasiswa/mahasiswa asing). Dengan mengikuti
organisasi-organisasi tertentu individu bisa membuka network dan
persahabatan dengan orang-orang ini yang bisa memberikan dukungan sosial yang
diperlukan
Ø Membangun zona stabilitas. Yang dimaksud dengan zona stabilitas
adalah segala sesuatu yang bisa membuat individu merasa nyaman dan relax. Hal
ini bisa segala sesuatu yang berhubungan dengan hobi,atau hal-hal yang
menyenangkan lainnya. Hal ini berarti bahwa selama di negara baru, individu
tidak boleh melupakan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan yang bisa
membuat individu merasa nyaman
Ø Beberapa orang menyarankan untuk memiliki jurnal harian. Dalam
kondisi belum memiliki seorangpun yang bisa diajak bicara, mencurahkan
kegelisahan pada jurnal harian akan membantu proses katarsis individu.
Seringkali menuliskan hal-hal yang menggelisahkan dalam jurnal juga menolong
individu untuk melihat persoalan-persoalan yang sesungguhnya yang mungkin tak
akan tampak bila hanya tersimpan di dalam pikiran saja
Nah kita sudah mencari tahu tentang pengertian dan
sebagainya tentang culture shock, sekarang saya akan berbagi pengalaman tentang
culture shock yang saya alami dan teman saya.
Culture
shock yang saya alami pertama kali sewaktu saya berada di thailand. Saya pindah
ke thailand karena alasan pekerjaan ayah saya yang dipindahakan. Berikut adalah
culture shock yang saya alami dan cara saya mengatasinya :
Ø Setiap
jam 7 pagi dan 6 sore akan berkumandang lagu nasional thailand di jalanan dan
semua orang diwajibkan untuk menghentikan aktifitas mereka dan berdiri untuk
menghormati lagu nasional thailand tersebut. Cara saya mengatasinya adalah mengikuti
kegiatan tersebut untuk menghormati lagu nasional thailand.
Ø Di
sekolah internasional setiap anak SMA memiliki 2 junior dari SMP maupun SD yang
harus diperhatikan seperti adik sendiri. Cara saya mengatasinya dengan bertanya
pada teman saya agar mempunyai informasi yang dibutuhkan.
Ø Makanan
adalah yang paling berat buat saya karena saya memerlukan waktu yang cukup lama
untuk membiasakan diri dengan makanan disana. Cara saya mengatasinya mencoba
makanan thailand setidaknya satu hari sekali agar terbiasa.
Kalo kalian ingin melihat
video tentang culture shock pertama saya klik di sini